Tuesday, February 5, 2008

environment dotcom Indonesia (input please)


jadi usaha dotcom Indonesia itu masih suangat jauh dari gemerlapnya bila terbit di lembah silikon. Di negeri tercinta ini orang masih memandang aneh terhadap perintisan usaha dotcom. Pertanyaan yang paling umum adalah, "dapet duitnya dari mana?"
Ya, cari user (pengunjung) saja susah apalagi narik duit dari prosesnya. Pemikiran dangkal saya menganalisis salah satu faktor mengapa environment yang baik untuk tumbuhnya dotcom tidak tumbuh bagus.
Begini, sejak reformasi perekonomian Indonesia berusaha mencari bentuk idealnya. Upaya-upaya ini bukan sekedar perang konsep, tetapi jelas menjadi agenda praktis dari masing-masing pelaku yang (pada akhirnya) tidak terlalu perduli dengan konsep ideal. Arah perubahan kian terlihat jelas belakangan, tentunya pula karena peranan media (blog juga penting) dan semangat transparansi. Bentuk perubahannya adalah dari ekonomi kapitalis malu-malu (masih ada budaya malunya sedikit) mengarah kepada kapitalisme murni (ga punya malu).
Motor perubahan ini tentunya digawangi oleh para oportunis yang sangat cepat melihat peluang dan kemampuan yang notabene sangat sedikit jumlahnya, meninggalkan pelaku bisnis lainnya. Nah, kondisi ini membuat kebanyakan orang merasa ketinggalan dan berpikir sangat-sangat praktis dengan orientasi pemenuhan kebutuhan masa kini, kebutuhan pokok dan kebutuhan kemewahan.
Desakan sistem untuk berpikir dan bertindak sangat-sangat pragmatis membuat pemikiran yang strategis tidak hidup, membuat mimpi-mimpi tidak pernah berubah menjadi kenyataan.
Begitu juga para pejuang dotcom. Hidupnya sangat berat karena harus bernafas panjang sementara untuk menutup biaya dapur hari ini saja sangat sulit.

Wednesday, December 12, 2007

Lokal atau Worldwide?

Dotcom hari ini dalam perspektif developer-bisnis:

Online Content Publishing:
Mengandalkan kekuatan konten yang orisinil (perspektif), aktual-faktual, dan lebih tersegmentasi (segmented). Tampilan fisiknya didominasi oleh blog kemudian diikuti oleh traditional news publishing seperti detik.com, kcm dan lainnya.

Online Services (Utilities):
Adalah aplikasi yang bisa digunakan oleh semua orang secara online. Lebih diasosiasikan dengan web 2.0 karena faktor user generated content yang dominan. Tampilan fisiknya sangat beragam dan sangat menekankan unsur user experience. Inovasi cenderung dipandu oleh user experience.

Penting untuk pertimbangan pasar lokal atau worldwide adalah memilih kompetensi terutama dalam hal:
  1. Penggunaan bahasa dan faktor budaya (sudah pasti).
  2. Pilihan antara bentuk dotcom di atas.
Pemilihan bentuk dotcom adalah strategi yang harus dirumuskan mengingat kompetensi yang dibangun sangatlah berbeda untuk kedua jenis dotcom ini.
Kalangan media tradisional (wartawan/penulis) akan lebih kuat untuk membangun dan mengoperasikan sebuah dotcom konten. Karena sifat pasar yang lebih tersegmentasi, maka dalam konteks Indonesia, bentuk dotcom konten ini akan lebih tepat bila mentargetkan pasar lokal karena penyedia konten berbahasa Inggris atau Cina sudah sangat banyak. Tentunya juga mengingat sangat minimnya konten Indonesia (materi dan bahasa) dibanding dengan potensi pasarnya yang sangat besar. Dotcom konten lokal akan berumur lebih panjang karena aspek lokal adalah kompetensi yang (seharusnya) merupakan keunggulan kompetitif dan komparatif terhadap pesaing mancanegara.

Sebaliknya bagi developer aplikasi online, sebaiknya jangan terlalu berharap banyak dengan membangun dan mengoperasikan aplikasi online lokal yang sudah tersedia dalam skala worldwide. Hanya butuh sedikit waktu untuk para raksasa asing seperti google, yahoo ataupun facebook untuk menguasai pasar Indonesia. Dengan kata lain aplikasi online lokal seperti ini akan berumur pendek, atau bahkan layu sebelum berkembang. Ini disebabkan oleh sifat natural dari internet itu sendiri yaitu tanpa batas. Contoh yang yang bisa dilihat antara lain yahoomail vs mail plasa.com atau friendster vs fupei.com.

Lalu bagaimana kita bisa menembus pasar worldwide? Yang paling pertama adalah inovasi. Sebuah imajinasi mengenai aplikasi online inovatif (baru dan belum pernah ada) yang bisa berguna bagi seluruh warga dunia merupakan bekal awal kompetensi yang harus dimiliki. Secara spesifik, inovasi kegunaan (user experience) bukan inovasi teknik (technical).

Pekerjaan yang kurang strategis secara bisnis tetapi lebih kepada proses pembelajaran pribadi disebut oleh teman saya, "re-inventing the wheel".

Thursday, November 22, 2007

Angel

Hmmm... kalo di dunia dotcom Amerika, banyak "angel-angel" venture capital (yang kadang-kadang oleh para pejuang dotcom disana disebut vulture capitalist) yang berani berinvestasi atas sebuah terobosan baru dalam bidang teknologi internet. Para "angel" ini, terkadang berkesan gak terlalu mikir untuk berani menyuntikkan dana besar-besaran ke perusahaan dotcom yang baru berkembang, dan terkadang belum jelas visi bisnisnya.

Kalo di Indonesia bagaimana? Kalo di Indonesia, kata "angel" tersebut bisa berarti "angel" dalam bahasa Jawa, yaitu susah cari yang begitu. Kayaknya sih, gak ada orang yang bisa "segila" seperti di Amerika sana. Kalo disini semua harus jelas, "Gue invest berapa...baliknya berapa...dan dalam berapa lama?" Wajar saja kalo disini berkata begitu!

Apakah para pejuang dotcom Indonesia harus kasak-kusuk di Palo Alto supaya bisa berhasil mendapatkan sejumlah dana untuk membiayai visi dan misinya? Apa mungkin harus sejauh itu? Untuk ke Palo Alto aja, kita butuh modal yang besar :D Kalo modalnya ada, belum tentu VISA-nya di approved!

Apakah karena di kita (Indonesia) inovasi memang belum terlalu menonjol dan jadi menu utama kita sehari-hari? Apakah karena kita cenderung akan selalu jadi pengekor di era teknologi yang serba cepat ini? Padahal, Google Adsense sendiri adalah penyempurnaan dari Overture, dan bukan 100% inovasi dari Google Guys.

Apakah kita-kita ini musti kuliah di Stanford (tempat lahirnya SUN Microsystem, Google, dll) supaya bisa dekat dengan orang-orang yang punya visi jauh ke depan dan melihat teknologi itu seperti seni? Karena dalam seni, harga itu benar-benar menjadi sesuatu yang relatif. Atau mungkin harus kenal secara pribadi dulu dengan John Doerr dari Kleiner Perkins dan Michael Moritz dari Sequoia Capital agar bisa berhasil?

Any comments guys